Label

Selasa, 21 Desember 2010

Jebolnya Tanggul Babat Barriage

Jebolnya Tanggul Babat Barriage

Hari Ahad, 19 Desember tepat pukul 09.15… terdengar bunyi kenthongan “thung..thung..thung…” bernada titir…teriakan orang…”banjir …banjir…. tolong..tolong……..”
Nampak banyak orang kebingungan….tetapi nampak semua orang menuju satu titik Lapangan Pangkatrejo. Bunyi sirine ambulan mengaung..membawa sejumlah korban…nampak para relawan sigap menurunkan para korban yang luka maupun yang meninggal

Polisi dan TNI bahu-membahu menolong korban
Ibu-ibu membawa anak dan bekal seadanya berduyun-duyun...
Relawan membawa peralatan sederhana mengangkat para korban, untuk ditempatkan ke pusat evakuasi, karena Lapangan Pangkatrejo, mulai tergenang banjir
Pada saat bersamaan muncukl berita tentang adanya orang yang terjebak dan hanyut di Bengawan Solo, maka segera meluncur ambulan membawa prahu karet, untuk menolong korban yang terseret arus Bengawan Solo dan segera semua korban dievakuasi di tenda darurat yang telah didirikan di atas tanggul.
Korban hanyut di Bengawan Solo
Relawan dari DMC RS Muh Lamongan meluncur dengan perahu karet
Segera korban ditolong.....
 Tenda darurat didirikan di tempat evakuasi tanggul yang lebih tinggi


 Pendataan korban dilakukan dengan cermat











 Korban yang meninggal disendirikan





Miss Anita dar Kedubes Australia, memberikan evaluasi usai Simulasi Banjir bandang









Ketua LPB, PP Muhammadiyah menyampaika sambutan sekaligus menutup acara Simulasi

Jumat, 03 Desember 2010


Khotbah Jum'at, 03 Desember 2010 di Masjid Gedhe Kauman



“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al Hasyr : 18)
Takwa selalu menjadi kata kunci dalam kehidupan seorang manusia muslim, sehingga menjadi keniscayaan dalam setiap khutbah harus diucapkan dan harus menjadi pengingatan bagi kita semua, sebagaimana Allah SWT mengingatkan :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat : 13)
Manusia, siapapun dia, adalah berawal dari seorang laki-laki, bapak Adam dan seorang perempuan ibu Hawa.  Jadi nilai keutamaan manusia bukan terletak pada keturunan siapa, suku maupun bangsa tetapi terletak pada “nilai takwa” nya. Inilah mesti menjadi catatan dengan huruf tebal bagi setiap manusia muslim.
Jamaah jum’ah yang senantiasa berupaya meningkatkan nilai takwa ke hadapan Allah SWT
Jum’ah hari ini merupakan Jum’ah terakhir di tahun 1431 H, hari ini kita berada pada tanggal 27 Dzulhijjah 1431 H, dan insya Allah pada hari Selasa 7 Desember nanti kita akan memasuki 1 Muharram 1432 H.  Untuk itu saat ini menjadi saat yang tepat untuk berkontemplasi bermuhasabah merenungi seluruh perjalanan hidup yang telah kita lalui dan mengevaluasi dengan kritis  serta merancang langkah kita ke depan dengan cermat.  Tolok ukur dari evaluasi maupun langkah ke depan tidak lain adalah TAKWA, sebagaimana firman Allah :


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Dan janganlah sampai kita tidak jujur dengan evaluasi dan rancangan langkah kita ke depan karena :

“sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Jamaah Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah
Momentum pergantian tahun hendaknya tidak kita lewatkan begitu saja, meski tidak perlu ada satu ritual khusus berkaitan pergantian tahun.  Tetapi tidak ada salahnya kita pada penghujung tahun 1431 H ini mengingat kembali pesan dari seorang ilmuwan dan ulama Islam dari Iran, Ali Syaria’ti, tentang “Empat  Belenggu Manusia”

1.      
      1. Belenggu Alam
Alam dengan segala fenomena yang terjadi sering membelenggu atau menjadi kendala aktivitas manusia, paling sederhana hujan yang turun kadang menjadi halangan manusia untuk melakukan aktivitas. Pada skala besar seperti yang baru saja terjadi Letusan Gunung Merapi ataupun tsunami dan gempa bumi, jelas telah menghambat dinamika aktivitas manusia.  Indionesia yang sering disebut dengan “untaian jamrud di katulistiwa” melambangkan kesuburan Indonesia, tetapi harus juga diingat Indonesia merupakan negara yang terletak di atas Kawasan Cincin Api dan pertemuan tiga lempeng benua, sehingga mempunyai potensi bencana yang tidak kecil.  Tetapi Allah SWT yang telah menjadikan manusia  sebagai khalifah di muka bumi telah membekali manusia dengan AKAL dan Ilmu Pengetahuan, sehingga mestinya manusia sebagai makhluk termulia akan selalu mampu beradaptasi dengan fenomena alam bahkan bencana alam, dan tidak bertekuk lutut terhadap fenomena alam.  Kita bisa mencontoh negara lain, yang hidup di daerah gempa, maka harus bisa membangun rumah tahan gempa, menyediakan peralatan yang mampu mendeteksi dini adanya tsunami.  Serta mensosialisasikan kepada masyarakat tentang mitigasi bencana atau pengurangan resiko bencana.  Sehingga manusia tidak harus terbelenggu oleh Alam dan lingkungan
Jamaah Jum’ah yang senantiasa rindu kemajuan dalam hidayah dan ridla Allah
2.       2. Belenggu Tradisi
Tradisi yang sudah mengakar dalam kehidupan manusia memang harus diakui telah membawa kemajuan bagi peradaban manusia.  Tradisi yang luhur layak dan harus dihormati, tetapi harus diingat bahwa tradisi sering terikat oleh ruang dan waktu, sehingga kita harus kritis terhadap tradisi demi kemajuan peradaban manusia. Janganlah sampai kita terbelenggu oleh tradisi, sebagaimana ummat Nabi Hud as, yang termaktub pada ayat :



Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat,
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat tradisi orang dahulu,
dan kami sekali-kali tidak akan di "adzab". (Asy Syu’ara : 136-138)

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (Asy Syu’ara : 139)
Tradisi  yang dipertahankan oleh ummat Nabi Hud as, mestinya mengilhami kita untuk senantiasa kritis terhadap tradisi yang menghambat kemajuan serta bertentangan dengan nilai agama yang mengajarkan kebenaran haqiqi.
Demikian pula ayat dalam surat Al Maidah

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (Al Maidah : 104)
Ayat tersebut memberi isyarat dengan jelas bahwa “nenek moyang” tidak mengetahui apa-apa atau dalam bahasa lain “belum mempunyai ilmu pengetahuan yang maju”
Dengan demikian jangan sampai kita terjebak pada tradisi yang bisa saja menghambat kemajuan.
Jamaah Jum’ah yang senantiasa menginginkan kebenaran dan bukan hanya kebiasaan
3.    
3.    3. Belenggu Kebiasaan/Mode
Pada masa sekarang ini di era informasi dan komunikasi masyarakat akan mudah mengakses berbagai media yang kemudian bisa saja membentuk opini massa. Sehingga memunculkan sikap seseorang merasa tidak “sreg” kalo berbeda dengan “opini massa”.  Padahal bisa saja opini massa, atau pendapat umum tersebut bukanlah hal yang mempunyai kebenaran. Oleh karena itu perlu dimunculkan sikap keberanian yang “berani melawan arus”, sebagaimana telah ditunjukkan para pendahulu kita seperti KHA Dahlan, Ki Hajar Dewantoro dan tokoh-tokoh lain yang “tidak anut grubyug” begitu saja. Yang tentu saja mempunyai argument yang memadai dalam sikap keberanian tersebut
Jamaah jum’ah yang senantiasa berupaya tazkiyatunnafs
Ketiga belenggu di atas, secara nyata sesungguhnya bukan hal yang tidak bisa diatasi, tetapi dengan kesungguhan dan petunjuk Allah, manusia akan mampu mengatasi atau membebaskan diri dari ketiga belenggu tersebut.  Sehingga kalau manusia menyatakan dirinya tidak mampu mengatasi ketiga belenggu tersebut, bisa saja manusia tersebut sesungguhnya terjebak pada belenggu ke empat

4.    4. Belenggu Nafsu
Belenggu ini merupakan belenggu yang paling kuat, dan karena bersembunyi dalam diri manusia.  Tidak sedikit manusia yang terbelenggu oleh belenggu nafsu, dan lebih menakutkan karena tidak sedikit manusia yang tidak menyadari bahwa dirinya terbelenggu oleh nafsu, sebagai mana firman Allah SWT :
      
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? “(Al Jatsiyah :23)
Oleh karena itu menjadi perlu bagi kita untuk bermuhasabah pada diri masing-masing, agar kita bisa terlepas dari belenggu nafsu, dan kita menemukan kebenaran sejati. Dan kita mampu mengendalikan nafsu yang ada pada diri kita, sehingga kita akan menjadi “sebaik-baik kejadian”

Demikianlah pada momentum perpindahan tahun hijriyah ini, hendaknya kita mampu melakukan hijrah untuk meningkatkan kualitas diri.