Label

Selasa, 24 Maret 2009

ML digigit mayat……


ML digigit mayat……
Tahun 1978 adalah tahun pertama saya berkenalan dengan mayat. Kejadiannya ketika adik sepupu meninggal dan saya ikut merwat jenazahnya (memandikan). Sejak itu menjadi “kegemaran” untuk selalu ikut memandikan jenazah. Tahun 1980 di kampung Kauman, diadakan Pelatihan Perawatan dan pemberi materi adalah ayahanda Haiban Hajid. Saya bukan lagi peserta tetapi menjadi asisten dalam pelatihan itu.
Sejak itu ada beberapa teman yang selalu siap dipanggil setiap saat untuk merawat jenazah. Pukul berapapun baik pagia siang maupun malam selalu siap, bahkan kadang-kadang beberapa Rumah Sakit minta bantuan untuk merawat jenazah.
Berbagai “jenis” jenazah dengan berbagai kondisi membuat pengalaman dan jam terbang semakin tinggi, mulai bayi usia 5 bulan dalam kandungan hingga korban kebakaran, serta korban kecelakaan menambah pengalaman. Jadi bisa tahu bagaimana membersihkan darah yang sudah kering di kepala, atau cara meluruskan kaki dan tangan yang sudah kaku.
Pengalaman dengan berbagai urusan kematian, mulai dari menunggui orang jelang ajal, hingga sambutan pelepasan jenazah. Dari berbagai kegiatan itu seorang sahabat menjuluki saya dengan gelar ML (Master of Layatan), dan ternyata tetman tersebut malah sudah mendahului manghadap sang Khaliq.
Pengalaman yang menarik adalah ketika memandikan bayi (meninggal dalam kandungan), ketika itu sedang ronda, ada teman dating yang mengatakan “Mas Budi ada jenazah bayi minta dimandikan”. Tanpa piker panjang terus ke RS PKU dan masuk kamar jenazah, ternyata “kosong”, saya jumpai keluarganya dan tanyakan “mana jenazahnya”, “ada di dalam”. Sayapun masuk diantar seorang perawat yang menunjukkan jenazahnya, ternyata ada dalam sebuah baskom kecil. “Masya Allah…” untung hanya terucap dalam hati, karena baru pertama kalai melihat mayat sekecil itu, tidak lebih dari dari 15 cm, berwarna merah daging, meski sudah terlihat bagian kaki dan tangan yang sangat mungil. Meski agak grogi, aku ambil sarung tangan karet dan aku letakkan “mayat” tersebut di telapak tangan, kemudian ambil kapas dibasahain untuk bersihkan sisa-sisa darah di ‘mayat” tersebut. Lalu saya letakkan mayat tersebut pada kapas, dan dibungkus dengan kapas tersebut, baru dengan kain kafan/mori. Esoknya usai mengantar jenazah ke pemakaman, trus makan siang, ternyata lauknya paha ayam berwarna merah…….”ah..persis warna mayat semalam…” jadi ga jadi makan. Tetapi untung hanya sekali itu, selanjutnya biasa aja.
Pengalaman lain ketika memandikan jenazah laki-laki tua sekitar 70 tahun, yang meninggal di RS Sarjito, dan dimandikan di rumah. Ketika tengah memandikan, istrinya bilang “mas Budi…bapak masih memakai gigi palsu…”. Maka saya coba buka mulutnya….wah ternyata sudah kaku, meski sukar saya coba membuka mulutnya, ketika mulut sudah terbuka, saya copot gigi palsu tersebut. Ketika sedang berusaha mencopot, tiba-tiba..”sreeet” mulut tersebut mengatup lagi…dan jari saya tergigit. Sekali itu saya digigit mayat, dan ternyata cukup sakit juga.
Pengalaman jenazah massal adalah ketika peristiwa Tsunami di Aceh (2004) dan gempa Jogja (2006), meski sudah masuk minggu ke dua ketika saya datang di Aceh, masih ada jenazah yang baru diketemukan. Gempa di Jogja, menjadikan saya sekeluarga sibuk menangani jenazah di RS PKU, puluhan jenazah antri untuk dirawat.
Sekarang sudah lebih 30 tahun, menangani berbagai jenazah, bahkan kadang-kadang juga diminta memberikan pelatihan perawatan jenazah. Pengalaman paling berkesan adalah ketika saya bersama kakak memasukkan jenazah ibunda di dalam liang lahat (1993) serta di tahun 2007 memandikan jenazah ayahanda, mengkafani hingga memasukkan liang lahat. Demikian juga pengalaman merawat jenazah tokoh-tokoh serta ulama besar menjadikan kesan tersendiri.

Senin, 02 Maret 2009

Kampanye Pemilu dan Peran Anggota Legislatif



Kampanye Pemilu dan Peran Anggota Legislatif
Sudah menjadi pemahaman bagi kita bersama bahwa fungsi DPR sesuai UUD 1945 pasal 20 A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Tetapi anehnya dalam suasana pemilu ini kampanye yang disampaikan para Calon Legislatif, sama sekali banyak yang tidak membicarakan fungsi itu. Repotnya masyarakatpun banyak yg tidak perhatikan fungsi legislative sesungguhnya, malah mereka lebih senang yang langsung dirasakan manfaatnya. Sehingga para Calegpun, memberikan apa yang masyarakat minta dan bukan apa yang semestinya dibutuhkan masyarakat.
Hal ini bisa kita lihat dari berbagai iklan kampanye yang disampaikan para caleg/partai maupun yang disampaikan secara langsung :
- Menonjolkan sifat dermawannya, sebagai orang yang banyak menyumbang kebutuhan masyarakat
- Partai yang peduli dengan musibah / bencana alam
- Bahkan ada caleg yang dalam kampanyenya jadi tukang pijit, ada yang mamberikan kursus masak.
- Ada juga yang tidak "pede" kemudian menampilkan tokoh-tokoh atau bintang lain yang sama sekali ga ada hubungannya dengan fungsi legislatif
Demikian juga di berbagai mass media diberitakan permintaan masyarakat kepada para Caleg pun bervariatif, mereka saling memperbandingkan sifat kedermawanannya, dan bukan pada kemampuan para caleg sebagai anggota legislative.
Maka kita perlu mempersiapkan diri kalau hasil pemilu 2009 nanti menghasilkan para canggota legislative yang kemampuannya tidak sesuai dengan tugas yang diembannya…salah masyarkat..eh salah kita juga….