Label

Kamis, 17 Oktober 2013

Khutbah Idul Adha 1434 H


PESAN MORAL IBADAH QURBAN DAN HAJI 


Oleh:
 Muhyiddin Mawardi
Majelis Lingkungan Hidup, PP. Muhammadiyah

الله اَكْبَر اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلهِ الحَمْدُ
Pada hari ini tanggal 10 Dzulhijjah 1434 H, adalah hari ‘Iedul adha atau ‘Iedul qurban, yang merupakan salah satu hari yang dimuliakan oleh Allah swt. Pada hari yang mulia ini  kaum muslimin di seluruh dunia sangat dianjurkan untuk memperbanyak mengucapkan kalimah takbir, tahmid dan tasbih, melaksankan sholat ied secara berjamaah, sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah swt.  Setelah itu, kemudian akan diteruskan dengan suatu syariat sebagaimana yang telah dicontohkan pula oleh Rasulullah Muhammad saw, yakni melakukan pemotongan hewan korban dan membagikan daging hewan kepada sanak saudara,  tetangga dan handai tolan. Kedua syariat ini  merupakan rangkaian prosesi ibadah ‘iedul qurban yang insya Allah kita laksanakan dengan penuh iman dan semata mengaharapkan ridha Allah swt.. Sementara itu, pada hari ini banyak  sudara-saudara kita yang tidak bisa bersama-sama kita melaksanakan rangkaian prosesi ibadah idul qurban dan haji,  lantaran mereka sedang terbaring sakit di rumah sakit atau di rumah masing-masing.  Marilah kita doakan mereka, semoga Tuhan Allah swt segera memberikan kesembuhan dan kesehatan kepada mereka sehingga mereka bisa melaksanakan segala tugas dan kewajiban hidupnya. Demikian pula banyak saudara-saudara kita sesama muslim yang berada di Burma, Mindanau, Mesir, Syria, Irak, Palestina dan sebagainya, mereka tidak bisa melaksanakan rangkaian ibadah qurban dan haji dengan tenang karena negaranya sedang berada dalam situasi yang tidak aman akibat kerusuhan atau konflik kepentingan dan perebutan kekuasaan yang berkepanjangan. Kita semua kaum muslimin di tanah air khususnya yang hadir pada kesempatan ini wajib bersyukur atas situasi keamanan di negara kita,  seraya ikut mendo’akan, semoga sudara-saudara kita yang sedang menerima cobaan dari Allah swt masih tetap berada dalam iman dan kesabaran, dan semoga Allah swt segera memberikan jalan keluar dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sebagai saudara sesama muslim,  masing-masing kita berkewajiban secara kolektif untuk membantu mereka, paling tidak kita peduli dan berimpati kepada mereka yang saat ini sedang mengalami kesusahan melalui doa, semoga Allah swt segera memberikan jalan keluar untuk permasalahan yang sedang mereka dihadapi. Amin.

Ibadah qurban sebagaimana yang telah sering kita laksankan, jika dicermati  sebenarnya sarat dengan makna dan pesan bahwa hawa nafsu (hewaniah) manusia harus senantiasa dikendalikan, yang dilambangkan dengan  “penyembelihan hewan kurban” agar fitrah kemanusian kita lebih menonjol dan mewarnai perilaku kehidupan kita, bukan sebaliknya, hidup kita dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Perintah berqurban, juga mengandung makna bahwa untuk meraih sesuatu yang mempunyai derajat lebih tinggi dan lebih bernilai, harus dilakukan dengan kerja keras dan pengurbanan. Idul Qurban adalah hari penghambaan, Idul Qurban adalah hari raya bagi siapa saja yang sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang harus tunduk, patuh dan bertawakkal hanya kepada Allah swt Yang Maha Kuasa. 

Satu hari sebelum tanggal 10, yakni pada tanggal 9 Dzulhijah, berjuta umat Islam yang berasal dari seluruh penjuru dunia, mereka sedang melaksanakan wukuf di padang arafah,  dalam rangka menyelesaikan tahap-tahap akhir dan puncak dari ibadah hajinya. Padang arafah, merupakan miniatur dari padang mahsyar, yang berfungsi sebagai arena audiensi antara manusia dengan Tuhan Allah swt Sang Pencipta. Di padang yang  tandus, serta dalam suasana kepanasan dan kehausan, segala status sosial, jabatan, pangkat, kekayaan serta berbagai atribut duniawiyah lainnya harus ditanggalkan. Dengan pakaian yang amat sederhana yakni dua lembar kain ihrom yang berwarna putih dan tak berjahit (untuk jamaah pria),  para jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia tersebut, yang berbeda ras, suku, warna kulit dan bahasa ini menyatukan diri atas kehendak Tuhannya, beraudiensi dengan  melakukan perenungan atau muhasabah atas segala apa yang telah mereka lakukan selama hidupnya, seraya memohon ampunan dan bertobat  kepada Sang Maha Pencipta. Seluruh rangkaian prosesi ibadah haji mulai dari ikhram, thawaf hingga wukuf di padang arafah, juga merupakan rangkaian ibadah yang penuh dengan makna dan simbolisme. Wukuf merupakan  ungkapan fisik dari kesatuan kaum muslimin diseluruh dunia, bahwa mereka adalah sama dihadapan Allah swt. Wukuf di arafah ini sekaligus merupakan  pengalaman ruhani dalam hidupnya yang sangat penting  bagi seorang muslim dalam upayanya mencapai ketakwaan kepada Allah swt .
Karena pentingnya makna dan pesan moral dan spiritual yang dikandung dalam ikhram, thawaf (ifadah), sa’i  dan  wukuf di padang arafah, maka ikhram, thawaf, sa’i dan wukuf merupakan  rukun haji yang tak boleh ditinggalkan oleh siapapun yang berhaji.  

Qurban dan haji merupakan ibadah sekaligus “peringatan atas suatu perstiwa-peristiwa besar dan sangat penting dalam sejarah kehidupan umat manusia, suatu peristiwa kemanusiaan yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia.  Suatu peristiwa yang tidak saja menyentuh rasa kemanusiaan sekaligus menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia dalam aspek  spiritual, sosial, dan pendidikan (tarbiyah).  Maka oleh karena itulah, Allah swt mewajibkan bagi umat islam untuk melakukan kegiatan “napak tilas” perjalanan dan perjuangan keluarga Ibrohim a.s. Ibadah haji merupakan “pengulangan” peristiwa besar dan penting yang telah dialami oleh nabiullah Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail a.s.  
Allah swt berkenan untuk menempatkan kronologi peristiwa tersebut dalam kitab sucinya AlQur’anul Karim (Surah As-Shaffat: 101-102), agar bisa menjadi i’tibar dan pelajaran bagi umat manusia yang hidup sesudah zamannya Nabiullah Ibrahim a.s.

É   çm»tRö¤±t6sù AO»n=äóÎ/ 5OŠÎ=ym ÇÊÉÊÈ   $¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  

Telah kami kabarkan berita gembira kepada Ibrahim tentang anaknya yang amat sabar. Ketika anaknya itu (Ismail) telah sampai kepada usia yang cukup baginya untuk melakukan usaha, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu aku (telah diperintahkan oleh Allah untuk) menyembelihmu. Bagiamana pendapatmu mengenai hal ini ?. Ismail lalu menjawab: “ Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai seorang yang bersabar”.
Suatu dialog yang sangat pendek yang termaktub dalam al Qur’an ini merekam sebuah pelajaran tentang jiwa yang bersih, demokratis, penuh dengan kerelaan, ketaqwaan dan cinta. Dua insan mulia yakni Ibrahim a.s dan Ismail a.s  telah memberi pelajaran kepada seluruh umat manusia tentang konsep penghambaan kepada Tuhan Allah swt dan tentang makna sabar, tawakkal dan taqwa. Bagi manusia, hidupnya atau jiwanya adalah sangat berharga. Demikian pula halnya bagi Ibrahim dan Hajar, jiwanya dan jiwa anaknya Ismail yang merupakan anak satu-satunya juga sangat berharga.  Akan tetapi, belahan jiwa yang sangat berharga ini atas perintah Allah swt harus dikorbankan kepada Yang Maha Memiliki hidup ini, bahkan harus disembelih dengan tangannya sendiri. Dalam ukuran manusia biasa, perintah ini sungguh merupakan suatu perintah yang amat sangat berat. Akan tetapi Ibrahim a.s mentaati perintah Allah tersebut dan bertawakkal sepenuhnya.  Ketaatan  dan ketawakkalan Ibrahim dan Ismail dalam menjalankan perintah Allah ini hanya bisa terjadi, lantaran kedua insan ini sudah sampai kepada tingkat (maqam) iman dan taqwa yang sangat tinggi.          

Kisah Ibrahim dan Ismail dalam surah As-Shaffat tersebut merupakan pelajaran yang sengaja dibeberkan oleh Allah swt untuk umat manusia sesudahnya, tentang perlunya pengorbanan untuk membuktikan keimanan dan penghambaannya kepada Allah swt. Demikian pula dalam peristiwa tersebut terdapat pelajaran tentang perlunya pengorbanan dan ujian bagi seseorang yang ingin mencapai derajat (kemanusiaan) yang tertinggi, yakni menjadi manusia yang yang beriman dan bertaqwa.
Nabiullah Ibrahim a.s telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa untuk membangun dan menegakkan akhlaq, kebenaran dan menjaga serta mempertahankan iman, diperlukan pengorbanan-pengorbanan yang tidak kecil. Dimulai ketika beliau menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh raja Namrud dan pengikutnya, Ibrahim telah mengajarkan kepada kita bahwa keimanan harus dipertahankan dengan   mempertaruhkan keselamatan jiwanya dari ancaman Namrud dan pengikutnya. Demikian pula ketika beliau menentang maut untuk dilemparkan kedalam kancah api yang sedang berkobar, beliau sebenarnya telah “berkorban” dengan jiwa dan raganya demi tegaknya keyakinan   dan kebenaran imannya. Demikian pula ketika beliau diperintahkan untuk berhijrah bersama isteri dan anaknya yang masih menyusui, dari kampung halamannya yang sangat subur yang dikenal sebagai negeri Syam, menuju kesuatu lembah yang sangat tandus, kering dan sama sekali belum dikenal yang bernama lembah Bakkah yang kemudian disebut sebagai lembah Makkah, dan ternyata sesampainya di lembah ini, Ibrahim kemudian diperintahkan oleh Allah untuk kembali lagi ke Syam dan meninggalkan istri dan anaknya. Untuk bisa melaksanakan perintah ini, sungguh diperlukan pengorbanan yang tak kecil bagi Ibrahim dan keluarganya. Dan puncak dari pengorbanan dan sekaligus ujian Allah swt kepada Ibrahim dan keluarganya, adalah ketika beliau diperintahkan agar putranya, belahan jiwanya yang amat dicintainya untuk dikorbankan dengan tangannya sendiri.
Sekali lagi jika untuk menilai perintah ini digunakan  perasaan dan akal semata, maka niscaya perintah ini sungguh merupakan suatu perintah yang amat sangat berat dan sulit untuk diterima akal manusia. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana beratnya hati Ibrahim, Siti Hajar dan juga Ismail yang sudah menginjak remaja,   menerima perintah tersebut. Sebagai seorang manusia, Ibrahim juga pada awalnya merasa ragu dan hampir-hampir tak melaksanakannya karena godaan syetan.  Akan tetapi akhirnya keimanan dan ketaqwaannya dan juga  kepasrahan Ismail yang masih remaja saat itu, telah memberikan kekuatan yang sangat besar, sehingga beliau mampu mengalahkan godaan syetan dan perasaannya, dan Ibrahim sampai kepada keputusan bahwa perintah Allah adalah perintah yang benar dan harus dilaksanakan.

Demikianlah Ibrahim telah memberikan contoh kepada kita tentang keharusan untuk berkorban dengan apa saja yang dimilikinya bahkan mengorbankan jiwanya dan jiwa anaknya untuk membuktikan keyakinannya bahwa Tuhan Allah yang ia sembah itu bukan pohon besar, bukan batu, bukan gunung, bukan bintang, bukan bulan, bukan matahari yang lebih besar, bukan berhala-berhala yang disembah oleh Namrud dan pengikutnya, atau berhala berhala modern yang bernama harta, pangkat, jabatan dan kedudukan, akan tetapi Ia adalah Tuhan Allah, Yang Esa yang menciptakan semua makhluk serta Yang Maha Memiliki dan Mengatur semuanya. Inilah bentuk penyerahan total seorang manusia yang bernama Ibrahim dengan ucapannya yang sangat terkenal yang kemudian telah disyariatkan menjadi bacaan (doa) iftitah yang disunahkan bagi setiap muslim yang sedang menghadap Tuhannya melalui sholat.
ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ  

sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata aku serahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Sekali lagi, nabiullah Ibrahim a.s, demikian pula Rasulullah Muhammad s.a.w telah mencontohkan kepada kita semua bahwa untuk membangun dan mempertahankan iman diperlukan pengorbanan serta ujian. Oleh karena itu, kualitas keimanan seseorang, secara fenomenal  dapat diukur dari seberapa besar kesediaan orang yang bersangkutan untuk berkorban.  Sangat mudah memang bagi kita semua  untuk mengatakan atau mengucapkan kalimat atau pernyataan bahwa kita adalah orang-orang yang beriman. Bahkan kata-kata iman dan taqwa (IMTAQ) akhir-akhir ini telah menjadi semacam jargon dan penghias kata sambutan serta ceramah, ditempelkan atau dituliskan di dinding-dinding sekolah dan madrasah. Akan tetapi apabila kita ditantang untuk berkorban dalam rangka  untuk menegakkan dan mempertahankan keimanan kita, atau dalam bentuk tantangan yang lebih riel dan konkrit,  apa yang telah kita lakukan untuk membangun akhlaq kita yang tercermin dalam perilaku adil dan jujur serta menegakkan kebenaran ditengah-tengah masyarakat,  maka akan segera terlihat siapa diantara kita yang benar-benar beriman dan siapa yang imannya hanya dibibir belaka.
Tantangan ini juga sangat relevan apabila kita tujukan kepada para pemimpin dan elit politik di negeri kita baik di tingkat daerah maupun pusat.

Pada kesempatan yang sangat baik pada hari ini, kami ingin mengajak kepada seluruh kaum muslimin, khususnya kepada para jamaah sholat ‘ied yang hadir ditempat ini, dan lebih khusus lagi kepada mereka yang saat ini kebetulan sedang diberi amanah untuk memimpin bangsa ini,  baik sebagai eksekutif, legislative dan yudikatif, mulai dari tingkat daerah hingga pusat, marilah kita jadikan momentum peringatan ‘idul  qurban tahun ini untuk menggugah kesadaran kita bersama sebagai anak bangsa, untuk mau berkorban  dengan sebagian dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita, baik yang berupa tenaga, pikiran dan terutama kesungguhan kita untuk bersikap dan bertindak  yang lebih memperhatikan dan memihak kepada kepentingan masyarakat dan ummat, bukan bersikap dan bertindak untuk kepentingan diri dan atau kelompoknya. Masyarakat dan bangsa ini saat ini sedang terpuruk dan berada dalam titik nadir, terutama dalam aspek moral dan hukum. Dalam bidang ekonomi, masyarakat saat ini juga sedang berada dalam situasi yang sulit, baik karena berbagai bencana lingkungan yang menimpanya, krisis ekonomi global  atau karena deraan kemiskinan struktural yang semakin menghimpitnya. Kondisi politik di negara kita pun berada dalam situasi yang rawan untuk munculnya konflik-konflik horisontal yang tak terkendali, yang membahayakan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.  Oleh karena itu, pengorbanan yang dituntut dari masing-masing kita terutama para elit politik dan para penyelenggara pemerintahan di tanah air ini, adalah kesediaan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi kecintaan yang berlebihan terhadap harta, menghilangkan kesetiaan yang berlebihan kepada kepentingan diri  atau kelompok, serta kesediaan untuk menghilangkan kecintaan yang berlebihan kepada pangkat dan jabatan.  Inilah bentuk pengorbanan (minimal) yang harus dilakukan oleh kita, siapapun kita dan apapun peran dan jabatan kita dinegeri kita yang tercinta ini. Masyarakat dan rakyat kebanyakan tidak membutuhkan wacana dan pidato, pernyataan dan janji-janji politik yang kosong belaka. Apalagi pembelaan yang membabi buta kepada kepentingan pribadi atau kelompoknya untuk memperebutkan jabatan dan kekuasaan.  Yang dibutuhkan oleh rakyat adalah kejujuran, keadilan dan kerja keras untuk pengentasan kemiskinan, perbaikan taraf hidup masyarakat, pendidikan yang terjangkau, lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja, serta rasa aman.

Pesan lain yang bisa kita ambil  dari rangkaian ibadah haji dan qorban ini adalah, pada saat para jamaah haji sedang ber ihram. Ketika sedang berikhram, para jamaah diwajibkan untuk berpakaian ihram yang hanya berupa dua lembar kain putih yang tak berjahit, dan mereka dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak lingkungan sosial dan lingkungan alam seperti mengumpat, menggunjing, berkata bohong, berkelahi, melukai hewan atau tanaman , bahkan membunuh seekor semut, mencabut sebatang rumput atau menyobek selembar daun pun dilarang. Sebuah larangan yang mengandung pesan bagi setiap muslim (terutama yang telah dan sedang berhaji) untuk tumbuh kesadarannya akan arti pentingnya menjaga lingkungan hidup baik lingkungan fisik maupun sosial. Wilayah tanah haram adalah simpul dari sebuah keniscayaan, bahwa alam (lingkungan) harus diperlakukan secara bersahabat, bijaksana dan bertanggung jawab. Sikap demikian merupakan buah dari keimanan seorang muslim. Ketika  jamaah haji menginjakkan kakinya di tanah haram, maka layar bawah sadarnya diingatkan akan adanya etika terhadap lingkungannya. Tanah haram seolah sedang menggemakan pesan bahwa manusia adalah saluran rakhmat Allah swt bagi alam. Melalui partisipasi aktifnya di dunia, manusia harus mampu menebarkan kebaikan dan rakhmat ditengah-tengah alam, bukan sebaliknya menebarkan kerusakan dan bencana, karena manusia adalah ”wakil” Allah dimuka bumi.

Sekali lagi prosesi ibadah haji juga mengandung pesan,  bahwa ketika manusia mau berusaha keras, bersahabat dan berbuat baik terhadap alam serta bertawakkal kepada Allah swt, maka alam akan membalasnya pula dengan kebaikan. Sebaliknya manakala yang kita lakukan terhadap alam adalah sebuah keserakahan dan perbuatan yang menyebabkan kerusakan alam, maka alam juga akan ”membalasnya” pula dengan kerusakan yang mengakibatkan bencana dan kehancuran bagi manusia dan juga bagi makhluk hidup lainnya. Banjir, kekeringan, krisis air, tanah longsor, luapan lumpur, kebakaran hutan, kekurangan bahan pangan dan energi, merebaknya hama dan penyakit hewan dan manusia (sperti flu burung, HIV) dan sebagainya merupakan “balasan” alam terhadap manusia akibat perilakunya yang tidak bersahabat dengan alam. Tidak bersahabat dengan alam sama artinya dengan tidak bersahabat dengan Dzat Yang Maha Menciptakan alam yakni Allah swt.              
Prosesi ibadah haji ternyata bukan hanya sebuah ibadah yang melibatkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, atau sebuah “wisata” ruhaniah melalui kegiatan napak tilas perjalanan nabiullah Ibrahim a.s semata.  Haji juga pada saat yang sama mendesakkan pesan kepada setiap orang yang berhaji untuk memiliki kesadaran ekologis (lingkungan) sebagaimana tercermin dari ihram dan tanah haram. Dengan demikian, kemabruran ibadah haji seseorang tidak bisa jika hanya dilihat dari atribut-atribut lahiriahnya semata seperti pakaian yang dikenakannya atau tambahan gelar haji yang disandangnya, akan tetapi harus tercermin dalam perilaku menebar perbuatan baik (ma’ruf) dari orang yang sudah berhaji dalam lingkungan sosial dan lingkungan alamnya.      

Jutaan umat Islam di negara kita ini yang sudah berhaji, bahkan banyak pula yang berhaji lebih dari dua kali. Namun demikian, realitas menunjukkan kepada kita bahwa jama’ah haji  yang jumlahnya jutaan tersebut, ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup masyarakat kita terutama jika diukur dari aspek moralitas atau akhlaqnya. Jutaan jamaa’h haji di tanah air yang terus bertambah dari tahun ketahun, ternyata belum bisa mempengaruhi dan merubah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di negara kita. Perpecahan dan pertentangan diatara umat islam dan antar kelompok masih sering terjadi, praktek-praktek korupsi bukan semakin berkurang, akan tetapi justru semakin merajalela di hampir seluruh sektor dan lini kehidupan masyarakat. Tindakan-tindakan kekerasan, amuk massa, pembunuhan, pemerkosaan, perzinaan, narkoba dan perusakan lingkungan juga semakin intensif dan masif. Pertanyaannya kemudian adalah : apakah kita dan juga suadara-saudara kita yang sudah berhaji yang jumlahnya jutaan di negara kita ini benar-benar telah berhaji dan menjadi manusia haji atau sekedar melakukan ritual fisik bahkan sekedar berwisata ??.  Wallahu a’lam.


Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, kedua orang tua kami, kerabat kami dan saudara-saudara kami sesama muslim yang tetap menjaga aqidah dan imannya.

Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah kami muslim dan mukmin yang baik sebagaimana muslim dan mukminnya Ibrohim dan Ismail  a.s, serta Rosululloh Muhammad  saw.

Ya Allah ya  Tuhan kami, terimalah sholat kami, kurban kami, haji kami dan ibadah-ibadah kami lainnya, sebagaimana Engkau telah menerima sholat dan kurbannya orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk.
  
Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami semua kekuatan untuk bisa menerima cobaan dan ujian yang Engkau berikan kepada kami dan saudara-saudara kami di Palestina, Mesir, Syiria, Irak dan tempat-tempat lain. Berikan kepada kami dan mereka jalan keluar dari setiap permasalahan yang kami hadapi.

Ya Allah yan Tuhan kami, berilah para pemimpin kami  petunjuk dan kemampuan untuk bisa berkorban sebagaimana pengorbanannya Nabiullah Ibrahim a.s. Pilihkan kepada kami pemimpin yang jujur, amanah dan mempunyai komitmen yang kuat untuk meyelamatkan dan membangun negeri ini.

Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah generasi muda negeri ini sebagaimana pribadinya Ismail a.s dalam mentaati perintahMu. Tambahilah mereka ilmu dan iman agar bisa menjadi generasi penerus kelangsungan kehidupan bangsa ini.

Walhamdu lillahi  robbil ’alamien.



Yogjakarta, 10 Dzulhijjah, 1434 H.                    

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

toko buah segar murah surabaya mengatakan...

kunjungi lah buah murah

toko buah segar murah surabaya mengatakan...

ayooo pencet klik lah mas enggak