Label

Minggu, 28 Maret 2010

HEBOH UNAS




HEBOH UNAS
Heboh..heboh…ujian nasional membawa heboh…orang tua yang anaknya ikut UNAS, baik SD, SMP maupun SMA pada heboh. Ada yang ambil cuti, ada yang libur pengajian dan berbagai jenis kegiatan yang lain dihentikan, semua demi mendampingi anak tercinta mengikuti UNAS. Sekolah juga ikut heboh, selain menambah jam pelajaran untuk pelajaran “yang di UNASkan” juga meniadakan pelajaran “yang tidak diUNASkan”. Masih ditambah berbagai kegiatan rohani seperti doa bersama, sholat lail juga istighotsah. Ada juga yang kemudian membentuk TIM SUKSES sesuai instruksi Kepala Dinas Pendidikan agar target kelulusan tercapai. Termasuik juga Tim Pemantau UNAS yang melibatkan berbagai dosen perguruan tinggi,ada juga Posko UNAS.
Kalau kita mau jujur UNAS bukan barang baru, ketika saya SD juga ujian sejenis ada juga EBTANAS, tetapi sejak UNAS ini semua jadi heboh. Kita baca dan ikuti berbagai media, muncul berbagai berita UNAS, mulai dari siswa yang belajar rajin sampai upaya siswa membawa HP ke ruang UNAS, juga isu bocornya soal UNAS menjadi “santapan” masyarakat.
Masih ada yang sangat memprihatinkan, sebagai upaya kelulusan ada guru yang mengajak muridnya ziarah ke makam sambil membawa pensil yang akan dipakai UNAS.
Dari berbagai berita di atas perlulah kita kembali mengevaluasi UNAS tersebut, sebagai upaya “menstandardisasi” prestasi belajar siswa memang bisa dimaklumi, meski masih menimbulkan pro dan kontra diantara pakar pendidikan sendiri. Salah satu yang menarik disimak adalah peran orang tua dalam menghadapi UNAS putra-putrinya. Keprihatinan dan kesungguhan mereka layak dihargai, tetapi pada sisi lain kadang ada orang tua yang memberi “beban lebih” kepada anaknya, hanya disebabkan malu kalau samapai anaknya tidak lulus, tetapi ada pula orang tua yang malu kalau dibilang tidak mendukung anaknya hanya karena tidak cuti waktu anaknya UNAS, jadi hanya sekedar ikut-ikutan. Para anakpun berangkat UNAS dengan sarat beban, sehingga sangat memprihatinkan, ada siswa yang pingsan ketika UNAS.
Ke depan perlu semuanya mengevaluasi diri. Agar upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak berbalik menjadi boomerang yang merugikan sistem pendidikan dan anak didik sendiri


http://tpmunas.blogspot.com/2010/03/hadapi-un-pensil-dibawa-ke-kiai.html
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/26/13444928/pensil.dibawa.ke.kiai.html

Tidak ada komentar: