Label

Kamis, 27 Mei 2010

Sang Pencerah, Yogyakarta 1968 - 1912

SANG PENCERAH, Kyai Ahmad Dahlan 1868 -1912

Senin, 24 Mei 2010

Budaya Cepat Saji vs Budaya Kerja Keras

Budaya Cepat Saji vs Budaya Kerja Keras

Kalau kita melihat situs megalitik, peninggalan nenek-moyang kita, maka akan bisa dibayangkan betapa rumit dan susahnya membuat susunan “batu sederhana” dalam ukuran besar, mengingat waktu itu teknologi masih sangat sederhana. Roda belum diketemukan, sehingga tentu menjadi persoalan besar untuk memindahkan batu besar tersebut. Untuk mengatasi semua persoalan tersebut kuncinya adalah kerja keras tak kenal lelah.
Ketika teknologi roda (teknologi as/poros) diketemukan, banyak hal bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Tetapi harus diingat, bahwa teknologi roda yang menurut kita “sederhana” tersebut harus melalui proses yang panjang. Penemuan teknologi berikutnya membuat banyak terobosan dan memudahkan hidup manusia, sehingga muncul slogan “dengan teknologi hidup menjadi lebih mudah”
Sayangnya sangat terbatas manusia yang mengerti betapa dibalik penemuan teknologi tersebut, ada kerja keras yang penuh dengan kegagalan, ada kerja keras yang penuh tantangan. Salah satu contoh adalah ketika Thomas Alfa Edison menemukan lampu listrik, yang sekarang kita semua menikmatinya dengan mudah dan murah. Beratus bahkan beribu kali percobaan harus dilakukan, hingga akhirnya diketemukan lampu listrik yang sangat besar manfaatnya.
Kemudahan yang diberikan oleh hasil teknologi, ternyata telah membuat lena dan lengah sebagian ummat manusia menjadikan sebagian manusia menganggap bahwa selalu ada cara mudah untuk menyelesaikan sesuatu. Pada sisi lain, cerita legenda yang penuh dengan kesaktian bahkan mu’jizat para nabi dan rasul telah ditanggapi secara keliru. Sebagian orang lebih suka dengan cerita bandung Bondowoso yang dalam waktu semalam mampu membuat 999 candi demikian juga cerita pewayangan yang penuh dengan bumbu kesaktian membuat manusia semakin lengah dan mengangap segala sesuatunya bisa diselesaikan dengan mudah.
Cerita mu’jizat para nabi dan rasul telah “menutup” kerja keras tak kenal lelah dan penuh perjuangan dan pengorbanan. Bisa dilihat perjuangan Nabi Ibrahim as yang harus mengembara sangat jauh untuk memenuhi tugas risalah, demikian juga para nabi dan rasul yang lain. Bahkan Rasulullah Muhammad SAW, manusia termulia dalam periode Mekkah yang lebih dari 10 tahun, hanya mampu menjaring pengikut sekitar 100 orang. Bahkan Rasulullah harus menderita luka ketika perang Uhud.
Pada serba canggih ini, banyak manusia ingin serba cepat dan gampang. Pengin kaya cepat, pengin sembuh dan sehat dengan cepat, bahkan pengin bisa sholat khusyuk dengan mudah. Banyak “orang pinter” menangkap peluang tersebut, dengan mencoba menawarkan berbagai program yang menarik :
- Cara mudah meraih sukses
- Rahasia bisnis pohon emas
- Sekali datang langsung “Joss”
Demikian juga munculnya fenomena Ponari si dukun cilik, atau keajaiban yang lain, membuat masyarakat semakin terpesona terhadap budaya “jalan pintas”. Bisa dilihat pada fenomena MLM “money game”, yang kalu disimat di internet semakin menggila. Meski banyak orang yang sudah tertipu, tetep selalu ada orang lain yang mau tertipu lagi. Termasuk juga fenomena Blue Energy dan Banyu Geni adalah keinginan “jalan pintas” yang tumbuh dari budaya cepat saji alias budaya instant.