Label

Minggu, 24 Oktober 2010

KORBAN BANJIR WASIOR BUTUH PENDAMPINGAN

KORBAN BANJIR WASIOR BUTUH PENDAMPINGAN
Muhammadiyah Kirim Relawan Psikososial 22/10/2010 06:35:36 YOGYA (KR) -
PP Muhammadiyah mengirimkan tim relawan kedua ke wilayah bencana banjir di Wasior dan Manokwari Papua Barat itu. Tim relawan kedua merupakan tim relawan psikososial dari PP Muhammadiyah ini berkonsentrasi untuk melakukan pendampingan terhadap para korban banjir di wilayah itu. Tim berangkat ke Manokwari Kamis (21/10). “Kita kirimkan dua relawan yang merupakan eks relawan Sumatera Barat yakni Agung Nugroho dan Ajron Latif. Mereka akan melakukan pendampingan psikososial terhadap para korban bencana di wilayah itu,” jelas Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Budi Setiawan di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro, Kamis (21/10). Pengiriman tim ke-2 dilaksanakan berdasarkan laporan tim relawan pertama yang dikirim Muhammadiyah. Dijelaskan Budi, kedua relawan yang dikirim ke Wasior tersebut merupakan tim relawan sudah terlatih melakukan pendampingan psikososial pada korban bencana. Mereka juga membawa beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk pendampingan korban bencana tersebut antara lain, buku bacaan, buku pelajaran dan beberapa alat permainan edukasi. Mereka akan melatih 100 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kependidikan Muhammadiyah Manokwari untuk ikut menjadi relawan pendamping para korban banjir itu. “Target utama kita adalah anak-anak. Karena mereka rentan terhadap stres, setelah itu akan melebar ke orang dewasa,” tambah Budi. Tim inipun akan berada di Manokwari hingga proses pendampingan pengungsi berjalan dengan baik. Sebelumnya Koordinator Tim Relawan Wasior PP Muhammadiyah Budi Santoso SPsi di kantor PP Muhammadiyah mengatakan, ribuan korban banjir di Wasior dan Manokwari Papua Barat sangat membutuhkan pendampingan psikososial setelah tiga minggu berada di daerah pengungsian pasca bencana banjir yang meluluhlantakkan Kota Wasior (4/10) lalu. (Fsy)-f Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Pemerintah daerah yang ada di wilayah tersebut kurang menyentuh aspek pendampingan tadi. “Relawan pendampingan masih sangat kurang. Padahal mereka berkumpul dalam satu tempat tanpa aktivitas. Sehingga gesekan-gesekan yang terjadi antara pengungsi bisa menimbulkan konflik tersendiri,” jelasnya. Menurut Budi, pengungsi Wasior sebagian besar terkumpul di dua titik pengungsian yaitu di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) dan di lapangan Kodim Monokwari. Berbagai suku dan etnis terkumpul menjadi satu selama berhari-hari dan tanpa kegiatan maupun pekerjaan sama sekali. “Kondisi inilah yang bisa memunculkan gesekan dan konflik baru di Wasior,” tegasnya. Meskipun kebutuhan logistik seperti makanan dan pakaian masih juga dibutuhkan oleh para pengungsi tersebut. Pengiriman pertama tim relawan PP Muhammadiyah terdiri atas 7 orang. Mereka adalah Budi Santoso, dr Corona Rintawan (dokter/RS Muhammadiyah Lamongan), dr Rano Irmawan (dokter RS PKU Muhammadiyah Bantul), Aang Heru, Reso Joyo, Ferdinand (perawat RS Muhammadiyah Lamongan) dan Indra Prasetyantoro (perawat RS PKU MUhammadiyah Bantul). Mereka berada di Wasior dan Manokwari selama seminggu (11-16/10) di daerah bencana tersebut. Tim itupun dibagi dalam dua regu penanganan tanggap darurat bencana di Papua Barat tersebut yaitu ke Wasior dan di Manokwari sendiri. “Kami bekerjasama dengan lembaga lain baik dengan Mer-C, Karina maupun dengan lembaga lainnya,” tambah Budi. Tim yang di Wasior sendiri melakukan penyisiran penanganan tanggap darurat bencana terutama kesehatan di beberapa wilayah di sekitar Wasior termasuk di Rado dan Pulau Sobe. (Fsy)
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=227422&actmenu=36