Label

Kamis, 16 Oktober 2008

KONSEP KELUARGA SEBAGAI (PUSAT) KADERISASI


Ia berkata:"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari Engkau seorang putera,
yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub, dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhoi"
. (QS. 19 : 4-6)

Doa Nabi Zakaria as, diatas menunjukkan satu komitmen seorang pembawa risalah, yang sangat bertanggung jawab atas kelangsungan risalah dan amanah yang diembannya. Kata “mewarisi” tentu bukanlah hanya sebatas “harta” tetapi lebih merupakan harapan terhadap anak keturunannya yang akan mewarisi amanah dan tugas tersebut. Dari riwayat para nabi dan rasul terlihat banyak hubungan keluarga antar nabi dan rasul. Hal ini menunjukkan bahwa memelihara amanah risalah tersebut menjadi satu komitmen yang sudah mentradisi.
Memang tidak semua keturunan/anak para nabi pasti menjadi anak yang shaleh, tetapi ada juga sebagian dari mereka yang justru menjadi penentang risalah, seperti Qabil (anak Adam as), ataupun putra nabi Nuh as, yang harus tenggelam. Kalau melihat riwayat Rasulullah Muhammad SAW demikian pula para sahabat, maka terlihat kesungguhan mereka untuk memelihara risalah melalui pendidikan terhadap putra-putrinya, sehingga kita tidak melihat anak keturunan mereka menjadi penentang risalah.
Dalam tradisi keluarga Muhammadiyah, pada zaman awal, bisa juga dilihat hubungan kekerabatan antar mereka. Ini menunjukkan bahwa pada fungsi keluarga sebagai media pendidikan kader sangat diperhatikan. Meskipun kemudian pada generasi ke 3 dan ke 4 mulai nampak adanya perbedaan.

Kedudukan dan Fungsi Keluarga dalam Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami bagi warga Muhammadiyah telah mengajarkan dengan cukup jelas :

1. Kedudukan Keluarga
1.1 Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, karenanya menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawadah warahmah yang dikenal sebagai Keluarga Sakinah.
1.2 Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut untuk benar-benar mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jama’ah dan Da’wah Jama’ah menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2 Fungsi Keluarga
2.1 Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu di selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melakukan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan da’wah di kemudian hari.
2.2 Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikkan kehidupan yang Islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma’ruf saling menyayangi dan mengasihi dan menghormati antar antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlaq yang mulia secara paripurna, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa siksa neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan, berbuat adil dan ihsan, memelihara persamaan hak dan kewajiban, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu.

Dengan memahami kedudukan dan fungsi tersebut, maka setiap warga Muhammadiyah dituntut kesadaran untuk mempersiapkan keluarga dengan sebaik-baiknya, bahkan bisa dimulai ketika dia mencari jodohnya. Adanya saling pengertian antara suami-istri, yang menyadari kedudukan dan fungsi keluarga dalam Muhammadiyah akan sangat mendukung bagi berlangsungnya kaderisasi dalam lingkungan keluarga. Sebab tidak sedikit adanya kasus “biren” dari beberapa kader yang pada mulanya dikenal aktif, tetapi begitu memasuki jenjang perkawinan maka keaktifannya mulai berkurang.
Dalam kaitan dengan konsep Gerakan Jama’ah dan Da’wah Jama’ah, maka setiap keluarga Muhammadiyah mestinya mampu dan bersedia menjadi inti gerakan. Kesiapan ini akan bisa berlangsung dengan baik, apabila keluarga tersebut sudah mempunyai komitmen dan kesadaran yang tinggi sebagai kader persyarikatan.
Transformasi nilai-nilai dasar agama merupakan sudah semestinya mendapat tempat yang tinggi bagi setiap keluarga yang menyadari fungsi dan perannya, sehingga setiap anak keluarga Muhammadiyah akan menjadi bibit kader, seperti yang telah dicontohkan para “founding father” persyarikatan.

STRATEGI KADERISASI DALAM KELUARGA
Kaderisasi melalui lembaga keluarga memang belum tersusun secara konsepsional seperti pada lembaga kaderisasi yang lain. Dan memang kemudian menjadi satu pertanyaan, apakah memang perlu disusun konsep baku kaderisasi melalui keluarga. Sebab setiap keluarga mempunyai kekhasan yang khusus, sehingga tidak mudah untuk menyusun konsep strategi yang bisa berlaku untuk semuanya. Tetapi secara umum strategi dapat dikemukakan sebagi berikut :
- Pendidikan sejak dini
Pengenalan persyarikatan kepada setiap anak sejak dini menjadi sangat perlu, baik melalui simbol-simbol persyarikatan maupun kegiatan dilingkungan keluarga. Hal ini dapat juga disampaikan melaui cerita tokoh-tokoh serta keluarga yang telah berjuang di persyarikatan
- Pendidikan formal
Meskipun bukan suatu keharusan, semangat orang tua menempuh jalur pendidikan melalui Sekolah Muhammadiyah akan dapat sangat membantu tumbuhnya kader Muhammadiyah yang lahir dari keluarga Muhammadiyah. Sikap orang tua ini akan menjadi contoh bentuk keberpihakan orang tua terhadap persyarikatan, yang bagi anak akan mempunyai kesan yang mendalam.
- Pengenalan manfaat persyarikatan
Manfaat dalam hal ini bukanlah yang bersifat materiil, tetapi lebih merupakan manfaat yang didapatkan keluarga karena orang tuanya aktif di persyarikatan, seperti manfaat mendapatkan tuntunan agama yang benar.

MENUMBUHKAN SEMANGAT BERMUHAMMADIYAH
Nasyiah yang bersimbol padi
Terdidik tiap hari......

…………………………
Bait lagu di atas, merupakan satu bentuk pelatihan yang sangat berharga, karena adanya pendidikan tiap hari, dan itu hanya bisa efektif melalui pendidikan keluarga, maka akan tumbuh semangat ber Muhammadiyah yang menggelora dan akan membekas pada diri anak untuk senantiasa ber Muhammadiyah.
Dalam lingkungan keluarga penumbuhan semangat berMuhammadiyah, sudah merupakan suatu keniscayaan. Sebagaimana strategi kaderisasi, maka semangat ini harus ditumbuhkan sejak dini, dengan memberikan semangat dan menggembirakan anak-anak untuk aktif dalam kegiatan organisasi di bawah persyarikatan. Disamping itu perlu juga ditanamkan bahwa keaktifan dalam persyarikatan adalah juga merupakan bentuk pelatihan yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi anak.
Sebagai orang tua yang mempunyai aktivitas di Muhammadiyah, maka harus selalu mengupayakan adanya kegiatan kemasyarakatan yang dapat menjadi ajang berlatih bagi anak-anak dalam keluarga untuk berbakti pada Muhammadiyah

PENUTUP
Dari semua hal di atas maka yang menjadi sangat penting adalah perilaku serta sikap konsistensi orang tua terhadap Muhammadiyah, hal ini akan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan semangat anak. Demikian juga jangan sampai muncul keluhan bahwa keaktifan dalam persyarikatan akan mengganggu pelajaran anak, tetapi orang tua harus mampu mendidik dan memahamkan anak
untuk mengatur waktu dengan baik
Penghargaan bagi anak yang mempunyai prestasi di persyarikatan (AMM) harus selalu diberikan, sehingga anak akan menjadi semakin mantap ber Muhammadiyah

1 komentar:

Devi Yasmin mengatakan...

Perkaderan yang dimulai dari lingkungan keluarga memang harus mulai diaktifkan kembali di lingkungan Muhammadiyah