الدنيا
المراد “بأمر
الدنيا” فى قوله صلعم: أنتم أعلم بأمر دنياكم. هو الأمور التى لم يبعث لأجلها
الأنبياء
Yang dimaksud
“urusan dunia” dalam sabda Rasulullah SAW.: “Kamu lebih mengerti urusan
duniamu” ialah segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para Nabi
(yaitu perkara-perkara/pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan
sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia).
Kalima di atas
dikutip dari Kitab Masalah Lima, bab Dunia (Himpunan Putusan Tarjih).
Hidup manusia
adalah di dunia, dan dunia terus menerus mengalami perkembangan seiring
perjalanan waktu. Untuk mengelola dunia
Allah SWT telah menitahkan kepada manusia untuk menjadi khalifah Allah di muka
bumi.
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
Al Baqarah : 30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Meski pada saat itu para malaikat sempat “mempertanyakan”
rencana Allah SWT, tetaplah manusia dijadikan Allah menjadi khalifah. Untuk membekali tugas kekhalifahan, Allah
menganugerahkan ilmu kepada manusia, dan inilah kelebihan manusia dibanding
malaikat.
قال يا آدم أنبئهم بأسمآئهم فلما أنبأهم بأسمآئهم قال ألم أقل لكم إني أعلم غيب السماوات والأرض وأعلم ما تبدون وما كنتم تكتمون
Al Baqarah : 33.
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda
itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Demikianlah Allah SWT telah memberikan bekal kepada Adam as, sebagai manusia pertama yang bertugas
mengelola dunia seisinya. Tidak hanya
itu Allah juga memberikan keistimewaan yang lain
ولقد كرمنا بني آدم وحملناهم في البر والبحر ورزقناهم من الطيبات وفضلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيلا
Al Isra' : 70.
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang elah Kami ciptakan.
Untuk menjaga agar kehidupan manusia senantiasa pada “jalan” Allah, sejak awal Allah SWT telah menurunkan Rasul/Nabi yang selalu mengingatkan manusia tentang tugas pokok pengabdiannya kepada Allah SWT di muka bumi ini. Sejak Nabi Adam as hingga Rasulullah Muhammad SAW, Allah senantiasa memberikan panduan dalam bentuk “bashiran wa nadziran”.
Seiring
perkembangan budaya manusia, sebagai khalifah Allah di muka bumi, manusia
mempertahankan kehidupannya dengan berbagai cara yang “cerdas” dan “kreatif”
agar bisa hidup layak di muka bumi.
Secara bertahap perkembangan budaya manusia dengan ilmu pengetahuannya
telah memberikan “kemudahan” manusia untuk melaksanakan kehidupannya.
Pada awal budaya
manusia, Adam as menggunakan “daun-daun” utnuk menutupi “aurat” nya, kemudian
dengan proses kreatif, manusia mulai mengenal penggunaan kapas sebagai serat
kain. Serta pemanfaatan logam seperti
kita lihat pada kisah-kisah nabi terdahulu.
Pada proses kreatif manusia ini, manusia mendapat kebebasan untuk
mengeksploitasi kemampuannya, sehingga bisa dilihat sejarah peradaban manusia
yang tumbuh dengan “luar biasa”.
Sebagaimana firman Allah SWT, bahwa manusia yang “shalihun” akan mampu
menguasai dunia
ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر أن الأرض يرثها عبادي الصالحون
Al Anbiya : 105.
Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis
dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Penggunaan
kata “shalihun” tentu mempunyai makna yang spesifik. Oleh karena itu manusia perlu untuk
terus-menerus berbuat shalih agar bisa menjadi penguasa dunia.
Pada sisi yang lain Allah SWT juga memberikan
janji kepada manusia yang taat akan mendapatkan kehidupan akhirat yang penuh
kenikmatan (surga). Oleh karena itu terkadang pada sebagian orang kemudian
memunculkan sikap dikhotomi, urusan dunia atau urusan akhirat. Pada satu kelompok lebih mementingkan urusan
dunia dan pada kelompok lain lebih mementingkan urusan akhirat.
Penyeimbangan
kehidupan dunia dan akhirat adalah tuntunan agama, karena memang kehidupan
akhirat yang baik akan sangat tergantung dengan keadaan hidup di dunia. Karena Allah SWT telah menjadikan manusia
sebagai khalifah di muka bumi, maka manusia bisa mengelola dunia dengan
sebaik-baiknya.
Sejarah pasca Rasulullah SAW telah
menunjukkan perkembangan budaya manusia yang sangat cepat. Para sahabat dan tabi’in telah mampu mengikuti
petunjuk Rasulullah SAW sebagai manusia utama, dengan menjalankan misi
risalahnya, menguasai dunia tanpa meninggalkan ketaatannya sebagai hamba Allah
SWT.
Ketentuan/tata cara ibadah kepada Allah SWT adalah hak Allah
dengan mencontoh perilaku Rasulullah SAW.
Sementara dalam kehidupan dunia, menggunakan akal dan kemampuannya untuk
mengelola dunia dengan sebaik-baiknya. Bisa dilihat pada masa keemasan
kekuasaan dunia Islam, muncul ilmuwan-ilmuwan yang luar biasa, justru ketika
mereka mencoba menerjemahkan peninggalan kitab-kitab Yunani. Sehungga kita kenal Al Chimi, Al Khawarizmi,
Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan sederet ilmuwan-ilmuwan besar yang telah berjasa
sangat besar bagi perkembangan peradaban manusia. Memang kemudian dalam perkembangan dunia
modern sekarang ini, seakan ummat Islam menjadi tertinggal.
Inilah yang perlu ditelaah secara
kritis dan kreatif, dengan tetap berpegang teguh pada keyakinan manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
Pada satu kelompok terkadang ada keraguan ketika akan menggunakan
penemuan-penemuan “orang lain” sehingga takut disebut menjadi kelompok
tersebut. Oleh karena itu perlu kita
melihat sejarah para sahabat pasca Rasulullah SAW. Kecerdasan dan proses kreatif Khalifah Usman
bin Affan adalah salah satu contoh, ketika beliau “membukukan” Al Qur’an,
sesuatu yang pada masa Rasulullah SAW serta khalifah Abu Bakar ra dan Umar ra
tidak dilakukan. Demikian pula proses
cerdas dan kreatif Khalifah Umar bin Khattab ra, menetapkan penggunaan
perhitungan/penanggalan dengan tahun Hijriyah, tanpa harus takut disebut meniru
budaya bangsa/agama lain.
Pada periode-periode berikut, muncul
ulama-ulama besar yang dengan proses kreatif dan kecerdasannya membukukan
Hadits Rasulullah SAW, seperti yang dilakukan oleh Imam Syafii, Imam Hambali
dan para mujtahid yang lain. Padahal
membukukan/menulis hadits “pernah dilarang” oleh Rasulullah SAW dan juga tidak
dilakukan oleh para sahabat. Keberanian
dan proses kreatif tersebut sekarang sangat terasa manfaatnya bagi perkembangan
kaum muslimin. Demikian juga se abad
lampau KHA Dahlan juga dengan berani melakukan terobosan kreatifnya mendirikan
organisasi Muhammadiyah serta mendirikan sekolah “klasikal” tanpa harus takut
disebut “tasyabuh” atau meniru budaya orang-orang kafir.
Penggunaan kalender internasional
dengan perhitungan matahari (syamsiyah) adalah suatu keniscayaan yang tidak
bisa dihindari. Perhitungan ini sangat
membantu manusia dalam memperhitungkan musim tanam/musim panen ataupun yang berkaitan
dengan cuaca. Untuk itulah ummat Islam
tidak perlu ragu menggunakan kalender tersebut, disamping menggunakan kalender
qamariyah untuk menentu waktu ibadah (ramadhan dan haji).
Perkembangan budaya ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia demikian cepatnya dan harus diakui sekarang ini, dunia
ilmu pengetahuan dikuasai oleh “orang lain”demikian juga ekonomi dan
politik. Akankah kita ummat Islam,
kemudian menjadi “ummat yang terpinggirkan”.
Tentu jawabannya adalah tidak, oleh karena itu proses kreatif dan cerdas
harus terus kita lakukan agar kita mampu menjadi “ibadiyah sholihun“ yang bisa
menguasai dunia, dengan cara mempelajari
ilmu pengetahuan yang berkembang serta menggunakan momentum waktu yang tepat
untuk mengingatkan manusia, tanpa harus takut disebut “tasyabuh” selama itu
adalah “urusan dunia”, karena Antum A’lamu bi Umuri Dun-yakum.
Wallahu
a’lamu……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar