PESAN
MORAL IBADAH QURBAN DAN HAJI
Oleh:
Muhyiddin Mawardi
Majelis Lingkungan Hidup, PP.
Muhammadiyah

Ibadah qurban sebagaimana yang telah sering kita laksankan, jika dicermati sebenarnya sarat dengan makna dan pesan bahwa hawa nafsu (hewaniah) manusia harus senantiasa dikendalikan, yang dilambangkan dengan “penyembelihan hewan kurban” agar fitrah kemanusian kita lebih menonjol dan mewarnai perilaku kehidupan kita, bukan sebaliknya, hidup kita dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Perintah berqurban, juga mengandung makna bahwa untuk meraih sesuatu yang mempunyai derajat lebih tinggi dan lebih bernilai, harus dilakukan dengan kerja keras dan pengurbanan. Idul Qurban adalah hari penghambaan, Idul Qurban adalah hari raya bagi siapa saja yang sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang harus tunduk, patuh dan bertawakkal hanya kepada Allah swt Yang Maha Kuasa.
Satu hari sebelum tanggal 10, yakni pada tanggal 9 Dzulhijah, berjuta umat Islam yang berasal dari seluruh penjuru dunia, mereka sedang melaksanakan wukuf di padang arafah, dalam rangka menyelesaikan tahap-tahap akhir dan puncak dari ibadah hajinya. Padang arafah, merupakan miniatur dari padang mahsyar, yang berfungsi sebagai arena audiensi antara manusia dengan Tuhan Allah swt Sang Pencipta. Di padang yang tandus, serta dalam suasana kepanasan dan kehausan, segala status sosial, jabatan, pangkat, kekayaan serta berbagai atribut duniawiyah lainnya harus ditanggalkan. Dengan pakaian yang amat sederhana yakni dua lembar kain ihrom yang berwarna putih dan tak berjahit (untuk jamaah pria), para jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia tersebut, yang berbeda ras, suku, warna kulit dan bahasa ini menyatukan diri atas kehendak Tuhannya, beraudiensi dengan melakukan perenungan atau muhasabah atas segala apa yang telah mereka lakukan selama hidupnya, seraya memohon ampunan dan bertobat kepada Sang Maha Pencipta. Seluruh rangkaian prosesi ibadah haji mulai dari ikhram, thawaf hingga wukuf di padang arafah, juga merupakan rangkaian ibadah yang penuh dengan makna dan simbolisme. Wukuf merupakan ungkapan fisik dari kesatuan kaum muslimin diseluruh dunia, bahwa mereka adalah sama dihadapan Allah swt. Wukuf di arafah ini sekaligus merupakan pengalaman ruhani dalam hidupnya yang sangat penting bagi seorang muslim dalam upayanya mencapai ketakwaan kepada Allah swt .
Karena pentingnya makna dan pesan moral dan spiritual yang dikandung dalam ikhram, thawaf (ifadah), sa’i dan wukuf di padang arafah, maka ikhram, thawaf, sa’i dan wukuf merupakan rukun haji yang tak boleh ditinggalkan oleh
siapapun yang berhaji.
Qurban dan
haji merupakan ibadah sekaligus “peringatan” atas suatu perstiwa-peristiwa besar dan sangat penting dalam sejarah kehidupan umat manusia, suatu peristiwa kemanusiaan yang belum
pernah terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia. Suatu peristiwa yang tidak saja menyentuh rasa
kemanusiaan sekaligus
menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia dalam aspek spiritual, sosial, dan pendidikan
(tarbiyah). Maka oleh karena itulah, Allah swt mewajibkan bagi umat islam untuk melakukan kegiatan “napak tilas”
perjalanan dan perjuangan keluarga Ibrohim a.s. Ibadah haji merupakan
“pengulangan” peristiwa besar dan penting yang telah dialami oleh nabiullah Ibrahim,
Siti Hajar dan putranya Ismail a.s.
Allah swt
berkenan untuk menempatkan kronologi peristiwa tersebut dalam kitab sucinya
AlQur’anul Karim (Surah As-Shaffat: 101-102), agar bisa menjadi i’tibar dan
pelajaran bagi umat manusia yang hidup sesudah zamannya Nabiullah Ibrahim a.s.
É çm»tRö¤±t6sù AO»n=äóÎ/ 5OŠÎ=ym ÇÊÉÊÈ $¬Hs>sù x÷n=t/
çmyètB
zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þ’ÎoTÎ) 3“u‘r&
’Îû ÏQ$uZyJø9$# þ’ÎoTr& y7çtr2øŒr&
öÝàR$$sù #sŒ$tB
2”ts?
4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ
ö@yèøù$#
$tB ãtB÷sè?
( þ’ÎT߉ÉftFy™
bÎ) uä!$x©
ª!$#
z`ÏB
tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
“ Telah
kami kabarkan berita gembira kepada Ibrahim tentang anaknya yang amat sabar.
Ketika anaknya itu (Ismail) telah sampai kepada usia yang cukup baginya untuk
melakukan usaha, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi.
Dalam mimpiku itu aku (telah diperintahkan oleh Allah untuk) menyembelihmu.
Bagiamana pendapatmu mengenai hal ini ?. Ismail lalu menjawab: “
Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Insya Allah
engkau akan mendapatiku sebagai seorang yang bersabar”.
Suatu dialog yang sangat pendek yang
termaktub dalam al Qur’an ini merekam sebuah pelajaran tentang jiwa yang bersih, demokratis, penuh
dengan kerelaan, ketaqwaan dan cinta. Dua insan mulia yakni Ibrahim a.s dan
Ismail a.s telah memberi pelajaran kepada seluruh umat manusia tentang konsep penghambaan kepada Tuhan Allah swt dan tentang makna sabar, tawakkal dan taqwa.
Bagi manusia, hidupnya atau jiwanya adalah sangat berharga.
Demikian pula halnya bagi Ibrahim dan Hajar, jiwanya dan jiwa anaknya Ismail yang merupakan anak satu-satunya juga sangat berharga. Akan tetapi, belahan jiwa yang sangat berharga ini atas perintah Allah swt harus dikorbankan kepada Yang Maha Memiliki
hidup ini, bahkan harus disembelih dengan tangannya sendiri. Dalam ukuran
manusia biasa, perintah ini sungguh merupakan suatu perintah yang amat sangat
berat. Akan tetapi Ibrahim a.s mentaati perintah Allah tersebut dan bertawakkal
sepenuhnya. Ketaatan dan ketawakkalan Ibrahim dan Ismail dalam
menjalankan perintah Allah ini hanya bisa terjadi, lantaran kedua insan ini
sudah sampai kepada tingkat (maqam) iman dan
taqwa yang sangat tinggi.
Kisah Ibrahim dan Ismail dalam surah As-Shaffat tersebut merupakan
pelajaran yang sengaja dibeberkan oleh Allah swt untuk umat manusia sesudahnya, tentang perlunya pengorbanan untuk membuktikan keimanan dan
penghambaannya kepada Allah swt. Demikian pula dalam peristiwa tersebut
terdapat pelajaran
tentang perlunya pengorbanan dan ujian bagi seseorang yang
ingin mencapai derajat (kemanusiaan) yang tertinggi, yakni
menjadi manusia yang yang beriman dan bertaqwa.
Nabiullah
Ibrahim a.s telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa untuk membangun dan
menegakkan akhlaq, kebenaran dan menjaga serta mempertahankan iman, diperlukan
pengorbanan-pengorbanan yang tidak kecil. Dimulai ketika beliau menghancurkan
berhala-berhala yang disembah oleh raja Namrud dan pengikutnya, Ibrahim telah mengajarkan kepada kita bahwa keimanan harus
dipertahankan dengan mempertaruhkan keselamatan
jiwanya dari ancaman Namrud dan pengikutnya. Demikian pula ketika beliau
menentang maut untuk dilemparkan kedalam kancah api yang sedang berkobar,
beliau sebenarnya telah
“berkorban” dengan jiwa dan raganya demi tegaknya keyakinan dan kebenaran imannya. Demikian pula ketika
beliau diperintahkan untuk berhijrah bersama isteri dan anaknya yang masih
menyusui, dari kampung halamannya yang sangat subur yang dikenal sebagai negeri Syam, menuju kesuatu lembah yang sangat tandus, kering dan sama
sekali belum dikenal yang bernama lembah Bakkah yang kemudian disebut sebagai lembah Makkah, dan
ternyata sesampainya di lembah ini, Ibrahim kemudian
diperintahkan oleh Allah untuk kembali lagi ke Syam dan meninggalkan istri dan anaknya. Untuk bisa melaksanakan
perintah ini, sungguh diperlukan pengorbanan yang
tak kecil bagi Ibrahim dan
keluarganya. Dan puncak dari pengorbanan dan sekaligus ujian Allah swt kepada Ibrahim
dan keluarganya, adalah ketika beliau diperintahkan agar putranya, belahan jiwanya yang amat dicintainya untuk dikorbankan dengan tangannya sendiri.
Sekali lagi jika untuk
menilai perintah ini digunakan perasaan dan
akal semata, maka niscaya perintah ini sungguh merupakan suatu perintah
yang amat sangat berat dan sulit untuk diterima akal manusia. Kita tidak bisa
membayangkan bagaimana beratnya hati Ibrahim, Siti Hajar dan juga Ismail yang
sudah menginjak remaja, menerima perintah tersebut. Sebagai seorang
manusia, Ibrahim juga pada awalnya
merasa ragu dan hampir-hampir tak melaksanakannya karena godaan syetan. Akan tetapi akhirnya keimanan dan ketaqwaannya
dan juga kepasrahan Ismail yang masih
remaja saat itu, telah memberikan kekuatan yang sangat besar, sehingga beliau mampu
mengalahkan godaan syetan dan perasaannya, dan Ibrahim sampai kepada keputusan bahwa
perintah Allah adalah perintah yang benar dan harus dilaksanakan.
Demikianlah
Ibrahim telah memberikan contoh kepada kita tentang keharusan untuk berkorban
dengan apa saja yang dimilikinya bahkan mengorbankan jiwanya dan jiwa anaknya
untuk membuktikan keyakinannya bahwa Tuhan Allah yang ia sembah itu bukan pohon besar, bukan batu, bukan
gunung, bukan bintang, bukan bulan, bukan matahari yang lebih besar, bukan
berhala-berhala yang disembah oleh Namrud dan pengikutnya, atau berhala berhala
modern yang bernama harta, pangkat, jabatan dan kedudukan, akan tetapi Ia
adalah Tuhan Allah, Yang Esa yang menciptakan semua makhluk serta Yang Maha
Memiliki dan Mengatur semuanya. Inilah bentuk penyerahan total seorang manusia
yang bernama Ibrahim dengan ucapannya yang sangat terkenal yang kemudian telah
disyariatkan menjadi bacaan (doa) iftitah yang disunahkan bagi setiap
muslim yang sedang menghadap Tuhannya melalui sholat.
ö@è%
¨bÎ)
’ÎAŸx|¹ ’Å5Ý¡èSur y“$u‹øtxCur †ÎA$yJtBur
¬!
Éb>u‘ tûüÏHs>»yèø9$#
ÇÊÏËÈ
“ sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup
dan matiku semata-mata aku serahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Sekali lagi, nabiullah Ibrahim a.s, demikian pula Rasulullah Muhammad s.a.w telah mencontohkan kepada kita semua bahwa untuk membangun
dan mempertahankan iman diperlukan pengorbanan serta ujian. Oleh karena itu, kualitas keimanan seseorang, secara
fenomenal dapat diukur dari seberapa
besar kesediaan orang yang bersangkutan untuk berkorban. Sangat mudah memang bagi kita semua untuk mengatakan atau mengucapkan kalimat
atau pernyataan bahwa kita adalah orang-orang yang beriman. Bahkan kata-kata
iman dan taqwa (IMTAQ) akhir-akhir ini telah menjadi semacam jargon dan
penghias kata sambutan serta ceramah, ditempelkan atau dituliskan di
dinding-dinding sekolah dan madrasah. Akan tetapi apabila kita ditantang untuk berkorban dalam rangka untuk menegakkan dan mempertahankan keimanan kita, atau dalam bentuk tantangan yang lebih riel dan konkrit, apa yang telah kita lakukan untuk membangun akhlaq kita yang tercermin dalam
perilaku adil dan jujur serta menegakkan kebenaran ditengah-tengah
masyarakat, maka akan segera
terlihat siapa diantara kita yang benar-benar beriman dan siapa yang imannya
hanya dibibir belaka.
Tantangan ini juga sangat relevan apabila kita tujukan kepada para pemimpin dan elit politik
di negeri kita baik di tingkat daerah maupun pusat.
Pada kesempatan yang sangat baik pada hari ini, kami
ingin mengajak kepada seluruh kaum muslimin, khususnya kepada para jamaah sholat
‘ied yang hadir ditempat ini, dan lebih khusus lagi kepada mereka yang saat ini
kebetulan sedang diberi amanah untuk memimpin bangsa ini, baik sebagai eksekutif, legislative dan yudikatif, mulai dari tingkat daerah hingga pusat, marilah kita
jadikan momentum peringatan ‘idul qurban
tahun ini untuk menggugah kesadaran kita bersama sebagai anak bangsa, untuk mau
berkorban dengan sebagian dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita, baik yang berupa tenaga, pikiran dan terutama kesungguhan
kita untuk bersikap dan bertindak yang
lebih memperhatikan dan memihak
kepada kepentingan masyarakat dan ummat,
bukan bersikap dan bertindak
untuk kepentingan diri dan
atau kelompoknya. Masyarakat dan bangsa ini saat ini
sedang terpuruk dan berada
dalam titik nadir, terutama dalam aspek moral dan hukum. Dalam bidang ekonomi,
masyarakat saat ini juga sedang berada dalam situasi yang sulit, baik karena berbagai bencana lingkungan yang menimpanya, krisis ekonomi global atau
karena deraan kemiskinan struktural yang semakin menghimpitnya. Kondisi politik di negara kita
pun berada dalam situasi yang rawan untuk munculnya konflik-konflik horisontal
yang tak terkendali, yang membahayakan kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Oleh karena
itu, pengorbanan yang dituntut dari masing-masing kita terutama para elit politik dan para
penyelenggara pemerintahan di tanah air ini, adalah
kesediaan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi kecintaan yang berlebihan terhadap harta, menghilangkan kesetiaan yang berlebihan kepada
kepentingan diri atau kelompok, serta
kesediaan untuk menghilangkan kecintaan yang berlebihan kepada pangkat dan jabatan. Inilah bentuk pengorbanan (minimal) yang harus dilakukan oleh kita,
siapapun kita dan apapun peran dan jabatan kita dinegeri kita yang tercinta
ini. Masyarakat dan rakyat kebanyakan tidak membutuhkan wacana dan pidato,
pernyataan dan janji-janji politik yang kosong belaka. Apalagi pembelaan yang membabi buta kepada kepentingan
pribadi atau kelompoknya untuk memperebutkan jabatan dan kekuasaan.
Yang dibutuhkan oleh rakyat adalah kejujuran, keadilan dan kerja keras untuk pengentasan kemiskinan, perbaikan taraf
hidup masyarakat, pendidikan yang terjangkau, lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja, serta rasa aman.
Pesan lain yang bisa kita ambil dari rangkaian ibadah haji dan qorban ini adalah,
pada saat para jamaah haji sedang ber ihram. Ketika sedang berikhram, para jamaah
diwajibkan untuk berpakaian ihram yang hanya berupa dua lembar kain putih yang
tak berjahit, dan mereka dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak
lingkungan sosial dan lingkungan alam seperti mengumpat, menggunjing, berkata bohong, berkelahi,
melukai hewan atau tanaman , bahkan membunuh seekor semut, mencabut sebatang rumput atau menyobek selembar daun pun dilarang. Sebuah larangan yang mengandung pesan bagi setiap
muslim (terutama yang telah
dan sedang berhaji) untuk tumbuh kesadarannya akan
arti pentingnya menjaga lingkungan hidup baik lingkungan fisik maupun sosial. Wilayah
tanah haram adalah simpul dari sebuah keniscayaan, bahwa alam
(lingkungan) harus diperlakukan secara bersahabat, bijaksana dan bertanggung
jawab. Sikap demikian merupakan buah dari keimanan seorang muslim. Ketika jamaah haji menginjakkan kakinya di tanah
haram, maka layar bawah sadarnya diingatkan akan adanya etika terhadap lingkungannya.
Tanah haram seolah sedang menggemakan pesan bahwa manusia adalah saluran rakhmat Allah
swt bagi alam. Melalui partisipasi aktifnya di dunia, manusia harus mampu menebarkan
kebaikan dan rakhmat ditengah-tengah alam, bukan sebaliknya menebarkan kerusakan dan bencana, karena manusia adalah ”wakil” Allah
dimuka bumi.
Sekali lagi prosesi ibadah haji juga
mengandung pesan, bahwa ketika manusia
mau berusaha keras, bersahabat dan berbuat
baik terhadap alam serta bertawakkal
kepada Allah swt, maka alam akan membalasnya pula dengan
kebaikan. Sebaliknya manakala yang kita lakukan terhadap alam adalah sebuah
keserakahan dan perbuatan
yang menyebabkan kerusakan
alam, maka alam juga akan ”membalasnya” pula dengan kerusakan yang
mengakibatkan bencana dan
kehancuran bagi manusia
dan juga bagi makhluk hidup lainnya. Banjir, kekeringan, krisis air, tanah
longsor, luapan lumpur, kebakaran hutan, kekurangan bahan pangan dan energi,
merebaknya hama dan penyakit hewan dan
manusia (sperti flu burung, HIV) dan sebagainya merupakan “balasan” alam
terhadap manusia akibat perilakunya yang tidak bersahabat dengan alam. Tidak bersahabat dengan alam
sama artinya dengan tidak bersahabat dengan Dzat Yang Maha Menciptakan alam
yakni Allah swt.
Prosesi ibadah haji ternyata bukan hanya
sebuah ibadah yang melibatkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, atau
sebuah “wisata” ruhaniah melalui kegiatan napak tilas perjalanan nabiullah Ibrahim
a.s semata. Haji
juga pada saat yang sama mendesakkan pesan kepada setiap orang yang berhaji
untuk memiliki kesadaran ekologis (lingkungan) sebagaimana tercermin dari ihram
dan tanah haram. Dengan demikian, kemabruran ibadah haji seseorang tidak bisa jika hanya dilihat dari atribut-atribut lahiriahnya semata seperti pakaian yang dikenakannya atau tambahan gelar haji yang
disandangnya, akan
tetapi harus tercermin dalam perilaku menebar perbuatan
baik (ma’ruf) dari orang yang sudah berhaji dalam lingkungan sosial dan lingkungan alamnya.
Jutaan umat Islam di negara kita ini yang sudah berhaji, bahkan banyak pula yang berhaji lebih dari
dua kali. Namun
demikian, realitas menunjukkan
kepada kita bahwa jama’ah haji yang
jumlahnya jutaan tersebut, ternyata tidak berbanding lurus
dengan kualitas hidup masyarakat kita terutama jika diukur dari aspek moralitas atau akhlaqnya. Jutaan jamaa’h haji di tanah air yang terus bertambah
dari tahun ketahun, ternyata belum bisa mempengaruhi dan merubah kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa di negara kita. Perpecahan dan pertentangan diatara umat islam dan antar kelompok masih sering terjadi, praktek-praktek
korupsi bukan semakin berkurang, akan tetapi justru semakin merajalela di
hampir seluruh sektor dan lini kehidupan masyarakat. Tindakan-tindakan
kekerasan, amuk massa, pembunuhan, pemerkosaan, perzinaan, narkoba dan
perusakan lingkungan juga semakin intensif dan masif. Pertanyaannya kemudian
adalah : apakah kita dan juga suadara-saudara kita yang sudah berhaji yang
jumlahnya jutaan di negara kita ini benar-benar telah berhaji dan menjadi
manusia haji atau sekedar melakukan ritual fisik bahkan sekedar berwisata ??. Wallahu a’lam.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, kedua
orang tua kami, kerabat kami dan saudara-saudara kami sesama muslim yang tetap
menjaga aqidah dan imannya.
Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah kami muslim dan mukmin yang baik sebagaimana
muslim dan mukminnya Ibrohim dan Ismail
a.s, serta Rosululloh Muhammad
saw.
Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah sholat kami, kurban
kami, haji kami dan ibadah-ibadah kami lainnya, sebagaimana Engkau telah
menerima sholat dan kurbannya orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk.
Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami semua kekuatan untuk bisa menerima
cobaan dan ujian yang Engkau berikan kepada kami dan saudara-saudara kami di Palestina, Mesir, Syiria, Irak dan tempat-tempat lain. Berikan kepada kami
dan mereka jalan keluar dari setiap permasalahan yang kami hadapi.
Ya Allah yan
Tuhan kami, berilah para pemimpin kami petunjuk dan kemampuan untuk bisa berkorban
sebagaimana pengorbanannya Nabiullah Ibrahim a.s. Pilihkan kepada kami pemimpin
yang jujur, amanah dan mempunyai komitmen yang kuat untuk meyelamatkan dan
membangun negeri ini.
Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah generasi muda negeri ini
sebagaimana pribadinya Ismail a.s dalam mentaati perintahMu. Tambahilah mereka
ilmu dan iman agar bisa menjadi generasi penerus kelangsungan kehidupan bangsa
ini.
Walhamdu lillahi
robbil ’alamien.
Yogjakarta, 10 Dzulhijjah, 1434 H.
3 komentar:
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
kunjungi lah buah murah
ayooo pencet klik lah mas enggak
Posting Komentar